Mengapresiasi Langka Berani Sprite

 


Sampah plastik terus menjadi perhatian dunia. Pasalnya, selain mencemari lingkungan, sampah plastik juga membahayakan kehidupan di masa depan. Sampah plastik membutuhkan waktu 1.000 tahun untuk dapat terurai dengan sempurna. Bahkan, jika masuk ke laut, sampah plastik dapat mengancam kelestarian hewan laut dan ita, sebab walaupun terurai, sampah plastik akan berubah menjadi mikroplastik yang sering termakan ikan yang nantinya ikan itu akan kita konsumsi.

Data terbaru dari Kementrian Lingkungan Hidup (2019) menunjukkan bahwa per tahun masyarakat Indonesia menghasilkan 187,2 juta ton sampah plastik. Salah satu problem utama mengapa masalah ini terus terjadi dikaranakan kurangnya awarness masyarakat terkait bahaya sampah plastik bagi lingkungan.  Hal ini sejalan dengan data yang disampaikan oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam satu tahun telah mencapai 10,95 juta keping limbah kantong plastik. Jumlah tersebut setara dengan 65,7 hektar lahan kosong jika dibuat dalam bentuk lahan.

 

Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya sampah plastik yang masih kurang tentu saja menjadi penghambat untuk mengurangi hal tersebut Kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat. Realisasi pencegahan bahaya sampah plastik yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah sederhana, misalnya, penggantian kemasan plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan, misalnya penggunaan botol tumbler untuk air minum agar mengurangi limbah botol plastik.

Terkait hal tersebut, dilakukan penelitia case study pada lingkup mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Dipilihnya mahasiswa FST tersebut dikarenakan mereka mempunyai pengetahuan yang lebih terkait dengan bahaya limbah plastik dibandingkan dengan masyarakat awam. Namun apakah pengetahuan tersebut dapat berubah menjadi habit mereka untuk mengurangi penggunaan limbah plastik pada kehidupan sehari-hari mereka. Terutama terkait dengan penggunaan limbah plastik pada botol minuman.

 

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 58% mahasiswa FST masih sering membeli minuman kemasan plastik dibandingkan menggunakan “tumbler” untuk memenuhi kebutuhan minuman mereka. Rata-rata mahasiswa membeli sekitar 1 -2 minuman dalam kemasan plastik per hari. Padahal mereka sudah mengetahui bahwa plastik tersebut berbahaya bagi lingkungan. Selain itu yang menarik dari hasil penelitian kami menunjukkan bahwa sebenarnya 90% mahasiswa sudah menunjukkan keinginan untuk mengurangi konsumsi botol plastik. Namun keinginan tersebut masih belum menunjukkan tindakan nyata berupa pengurangan konsumsi botol plastik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada level mahasiswa FST yang memiliki pengetahuan lebih tentang bahaya botol plastik bagi lingkungan saja belum bisa memperaktekkan dalam kehidupan nyata. Mahasiswa masih enggan untuk melakukan upaya nyata untuk mengurangi limbah botol plastik, yang ditunjukkan melalui banyak botol plastik yang dibeli oleh siswa. Apa kita berharap pada masyarakat awam untuk secara sukarela mengurangi plastik tentu saja akan jauh lebih berat.

Untuk itu, gerakan pendidikan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh botol plastik dan pentingnya mengurangi penggunaan botol plastik masih perlu ditingkatkan bagi siswa untuk meminimalkan dampak botol plastik pada kesehatan dan lingkungan. Serta penerapan pajak lingkungan untuk botol plastik harus segera ditingkatkan. Kenapa? Karena dengan instrumen pajak, kita bisa menciptakan instrumen negatif bagi masyarakat dan mereka secara sukarela akan mengurangi konsumsi plastik mereka.

Botol Sprite lama yang masih hijau berubah menjadi transparan
Botol Sprite lama yang masih hijau berubah menjadi botol bening


Melihat kondisi tersebut, salah satu produk minuman yang paling sering di konsumsi yaitu Sprite, melakukan sebuah langkah yang bisa dikatakan berani. Pada tahun 2021, menjelang Hari Peduli Sampah Nasional, Sprite mengubah kemasannya menggunakan botol pet bening.

Mereka merubah warna ciri khas Sprite yang selama ini sudah begitu melekat dengan mereka lebih dari 50 tahun dan mengubah warna botol mereka menjadi warna transparan. Tentu langkah ini sudah mengalami kajian yang mendalam dan panjang, mengingat begitu melekatnya kesan warna hijau yang telah melekat kuat pada kemasan botol mereka. Hal ini juga sejalan dengan visi mereka yaitu “World Without Waste” atau dunia tanpa sampah.

Saat Pihak Sprite memperkenalkan tampilan botol baru mereka

Dengan mengubah warna botol kemasan ini, nantinya kemasan botol ini juga akan jauh lebih mudah untuk di daur ulang. Selain itu tentunya juga aka mengurangi biaya produksi mereka karena tidak perlu memberi warna pada kemasaran mereka.

Tak hanya itu, bersama Waste4change, Sprite, Plustik dan Yayasan Sejuta Kacamata Untuk Indonesia mereka berkolaborasi membuat sebuah gerakan yang diberi nama “Lihat Dengan Jernih”. Melalui gerakan ini, kita untuk ikut serta mengurangi sampah botol plastik. Konsumen yang ikut berpastisipasi dalam pengelolaan sampah, gerakan ini berkesempatan mendapatkan 2 buah kacamata.Salah satunya yang didapat akan didonasikan melalui Yayasan Sejuta Kacamata Untuk Indonesia. Keren sekali bukan? Untuk info lebih lengkapnya bisa mengunjungi instagram Sprite Indonesia.

"Lihat Dengan Jernih" Kolaborasi mengelola sampah plastik demi kebaikan bersama


Harapannya langkah berani mereka ini bisa memberikan kontribusi untuk menjaga lingkungan dan alam di sampai masa yang akan datang. Dengan cara ini, konsumen telah berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan menekan warisan sampah plastik pada generasi berikutnya. Konsumen pun turut membantu kehidupan masa depan yang lebih baik. Besar harapannya langkah berani Sprite ini juga bisa ditiru oleh produk-produk kemasan botol plastik lain di Indonesia untuk terus berinovasi dalam hal mengurangi dan ikut serta menyelamatkan lingkungan kita kedepannya.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021

Agus Elmansya

0 Comments