Saat
mendengar berita tentang kepergian kedua musisi terkenal Indonesia yaitu Bung
Glen Fredly dan Mas Didi Kempot, sontak kita semua terkejut. Terlebih kita
semua yang hanya tau bahwa mereka sedang dalam kondisi yang baik baik saja.
Bahkan Didi Kempot baru saja membuat sebuah gebrakan yang begitu fantastis,
beliau membuat sebuah konser amal dari rumah untuk semua korban corona virus.
Dalam waktu 3 jam konsep, beliau mampu mengumpulkan lebih dari 2 Milyar Rupiah,
bahkan dalam 3 hari tembuh 4 Milyar, dan akhirnya ditutup dengan menyentuh
angka 5,7 Milyar Rupiah, fantastis. Kita semua merasa begitu kehilangan.
Sosok
Bung Glen fredly yang terkenal selain karena lagu lagunya yang menyentuh hati,
juga terkenal akan kampanyenya akan persatuan Indonesia. Darah dari daerah
Timur Indonesia yang mengalir di badan beliau membuat beliau tegerak hatinya
untuk terus menerus mengangkat topik topik persatuan bangsa.
Mas
Didi Kempot juga terus konsisten melantunkan lirik lirik patah hati dan music
keroncongnya berpuluh puluh tahun untuk terus menghiasi belantika music
Indonesia.
Hal-hal
yang sudah melekat di kedua sosok tersebut melekat dengan kepribadian mereka.
Sesuatu yang bukan dilakukan dalam waktu yang singkat, tapi sesuatu yang
dilakukan terus menerus, konsisten, bertahun-tahun, bahkan hingga akhir khayat
mereka.
Hal-hal
yang kita lakukan setiap hari, terus menerus dan konsisten akan memberikan
trademark sendiri untuk kita. Kita yang setiap hari berbohong, mau tidak mau
akan terus melahirkan kebohongan-kebohongan berikutnya. Lalu orang-orang yang
kenal kita terus menerus dari tahun ke tahun akan memberi kita “label” si
pembohong. Jika kita sering melanggar janji dengan orang, terus menerus, bukan
sekali dua kali, tapi sering, tentu label “tukang ingkar janji” akan lahir
untuk diri kita.
Lalu,
mau seperti apa “trademark” yang kita buat untuk diri kita sendiri?
Si
Pembohong? Tukang Ingkar janji? Atau apa?
0 Comments