Citorek, Negeri Di Atas Awan Yang Sempat "Viral"



Citorek mendadak menjadi viral setelah beredar videonya yang berseliweran di media sosial. Pemandangan di seolah di atas awan memuat citorek melesat. Aku pun sempat penasaran dimana lokasi yang begitu indah tersebut. Selang beberapa hari setelah itu, temanku, Rizkychuk menawari ku untuk berwisata ke Citorek. Aku bertanya, ada apa di citorek, Rizki menjawab, ituloh negeri di atas awan yang sedang viral itu.

Bak gayung bersambut, benar, ternyata citorek lah tempat negeri diatas awan yang sedang viral itu. Tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakan ajakan rizki. Dia bagian yang mengurus pemesanan tenda dll.

Singkat cerita kami janjian untuk bertemu selepas pulang kerja. Sekitar pukul setengah 9 malam kami bertemu dan langsung menuju ke citorek. Perjalanan kami kami ini melalui tangerang, lalu lewat Parung Panjang,. Sepanjang perjalanan kami entah itu di didaerah mana, banyak sekali truk truk penangkut batu memarkirkan kendaraanya di sepanjang perjananan yang kami tempuh, mungkin ada lebih dari 500 truk, entahnya, mungkin lebih, banyak sekali. Belum lagi banyaknya perbaikan jalan membuat kondisi macet sangat tak terhindarkan.

Debu, truk dan perbaikan jalan membuat perjalanan secara begitu sesak, ingin kami sesegera mungkin bisa melewati jalan itu.

Akhirnya setelah kurang lebih hampir 45 menit, kami bisa melewati jalan itu. Tapi perjalanan selanjutnya bukan semakin mudah, kami justru semakin masuk ke jalan yang hanya ada pohon sawit di kanan kiri jalan, tidak ada lampu sama sekali, kami hanya mengandalkan penerangan dari lampu motor saja. Rizki menawarkan aku ke jalan yang lebih direkomendasikan oleh google maps. Aku sepakat, berharap akan ada jalan yang jauh lebih baik dan lebih ramai oleh pemukiman warga. 

Perjalanan kami lanjutkan, jalannya lebih mengecil dari jalan sebelumnya, ada perumahan warga, tapi sudah banyak yang tidur mungkin, karena memang waktu sudah memunjukan pukul 22.00 malam lebih. Semakin lama jalan yang ditempuh semakin kecil. Rumah penduduk semakin sulit ditemukan, jalanan semakin mengecil, hanya hutan dan rumput yang ada disepanjang jalan. Hati kecilku seolah berkata “ Apa benar ini jalannya?” . 

Sembari mengendarai motor mulutku sudah komat kamit sambil membaca doa doa, meminta perlindungan Tuhan. Jalan yang kecil dan suasana malam yang sedikit seram dibuat semakin mencekam ketika kami melewati komplek pemakaman, sekilas aku melihat beberapa batu nisa yang tertangkap oleh mataku. Rasanya aku ingin menarik sekencang-kencangnya gas motorku, tapi sayang, kondisi jalan yang rusak dan cukup banyak lubang tidak bisa membuatku bergerak lebih cepat. Seolah tempat ini dibuat untuk memang dinikmati.

Akhirnya setalah kurang lebih berjalan 45 menit, kami akhirnya menemukan perkampungan dan memutuskan untuk singgah sejenak di Rumah makan padang, berharap masing ada makanan yang bisa kami makan malam itu.

Sayang sekali, karena jam yang memang sudah menujukan jam 11 malam lebih, sayur dan nasi pun ternyata sudah habis. Sambil ngobrol, kami iseng menanyakan jalan ke Citorek, ibu penjual nasi padang langsung menjawab, "wah itu masih jauh loh, lagian kalian kalo jalan malam begini pake motor rawan begal, minggu kemarin aja ada yang kena". 

Mencengar cerita itu, nyali kali berdua kembali menciut, belum lagi suasana hutan yang sepi dan begitu menyeramkan masih teringat jelas di pikiran kami malam itu. Akhirnya kami memutukan untuk tidur di puskesman di seberang warung nasi padang itu.

Puskesman di derah Jasinga

Bangun pagi setelah tidur di Puskesmas



Setelah melewati malam dan menjelang subuh, kami kembali bergegas, setelah sholat subuh kami kembali menelusuri jalanan menuju citorek. Kali ini jalannya cukup jelas, beda jauh sekali dengan saat kami berjalan tadi malam. 

Sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang memuat takjub mata, tak ayal kami cukup sering berhenti untuk sekedar mengambil gambar dan video sejenak. 


Tak terasa 3 jam perjalanan sudah kami tempuh, suasana pedesaan makin jelas, kabut juga masih menutupi jalanan yang kami tempuh pagi itu. Saat sudah hampir sampai, jeng jeng....Kemacetan sudah menutupi jalanan yang akan kami tempuh menuju camp tempat kami menginap. Jalanan yang belum benar-benar jadi membuat kondisi macet semakin parah.



Karena belum kami sudah cukup lapar dan kakiku sudah cukup gemetar untuk mengendarai motor, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti di warung pinggi jalan dan memutuskan untuk mengisi logistik perut kami dan istirahat sejenak. Saat sambil makan dan istirahat, kami juga sempat ngobrol dengan wisatawan yang berkunjung kesini, ternyata warung yang kami singgahi ini juga masih baru, bahkan 2 minggu sebelum kami segini warung ini belum berdiri. Memang begitu luar biasa dampak dari media sosial. 

Puas mengisi perut, kami akhirnya memutuskan untuk pergi ke atas tempat camp, kami sebelumnya sudah membayar ke febri, orang yang ternyata pertama kali memviralkan video negeri diatas awan di citorek. Saat kami menanyakan tentang febri, semua orang tau namanya. Sekitar 10 menit menaiki motor, akhirnya kami tiba di camp tempat para wisatawan camping. Disini juga sudah banyak warung dan home stay yang dibuat untuk memanjakan para wisatawan yang berkunjung kesini. 

Setelah berkeliling mencari tenda yang disewakan febri, kami akhirnya bertemu kang iwan, orang yang membantu mengelola tenda yang disewakan Febri, saat kami menanyakan Febri, ternyata Febri barusan saja turun dan pulang ke rumah nya. Kami berdua pun ditwarkan kang Iwan untuk turun dan mampir ke rumah Febri. Kamipun memutuskan untuk kesana sembari silaturahmi ke tempat Febri. 

Sekitar 20 menit mengendarai motor, akhirnya kami tiba juga di rumah Febri, kami bercerita kalau kami kesulitan untuk bisa berkomunikasi dengan Febri, Febri pun membenarkan kalau disini memang sudah untuk bisa berkomunikasi dengan dunia luar, selain itu juga disini hanya bisa menggunakan nomor dari im3 dan indosat, justru telkomsel tidak bisa disini. Kamipun memaklumi kenapa dari semenjak setelah bayar uang camp, Febri tidak juga merespon chat kami. 

Puas saling berkenalan, ibu Febri memanggil kami untuk makan terlebih dahulu, sambil makan ibu Febri juga menceritakan kondisi keluarga mereka, Febri yang baru saja lulus SMA kesulitan untuk bisa menyambung ke jenjang selanjutnya. Wisata negeri diatas awan yang kini sudah viral justru orang orang yang terlibat di dalamnya berusaha menyingkirkan Febri dari bisnis ini, Febri yang masih belia hanya bisa pasrah dan hanya mengelola paket tenda nya seadanya tanpa berharap lebih. Mendengar cerita itu, kami memberikan masukan kepada Febri untuk bisa lebih memperbaikin sistem penjualan jasanya, bisa dengan mencari pasar yang lebih luas, memperbaiki schedjule dan sebagainya. Kami juga memberitahu ibu Febri bahwa banyak sekali beasiswa yang bisa dimanfaatkan untuk orang orang seperti Febri, asal mau berusaha lebih keras.


Selesai silaturahmi tempat Febri, kami kembali ke atas, ke tempat tenda kami akan menginap malam itu. Suasana sore semakin membuat wisatawan berdatangan terus menerus. Kali ini kami ingin mengambil beberapa foto dari atas bukit yang paling tinggi disitu. katanya disana besok kami akan bisa menyaksikan negeri diatas awan. untuk menaikin ke atas bukit sana, kita harus membayar biaya retribusi sebesar 10 ribu rupiah per orang. Hanya beberapa langkah, pemandangan yang indah sudah langsung terjadi di depan kami. Dari atas sini juga kami bisa melihat desa Febri yang kecil sekali di bawah sana.
Kondisi Suasana tenda

Diatas sini kita bisa berfoto ria diatas sebuah panggung yang sengaja dibuat untuk bisa berfoto dengan latar belakang pemandangan desa Citorek Kidul. Puas berfoto dan menikmati pemandangan, tak terasa waktu malam akhirnya tiba juga. Malam itu kami tidak banyak beraktifitas, karena kami sengaja tidur cepat agar besok paginya bisa cepat bangun dan melihat lautan awan.


Huuu ....huoooooo .huuuuu...huoooo suara orang terus bersaut sautan malam itu, aku kira sudah subuh, ternyata masih jam 2 malam. Aku cukup bingung apa yang mau mereka liat jam seperti ini. Aku kembali memaksakan mataku untuk tidur lagi. Tak terasa akhirnya benar-benar jam 4 subuh, suara saut saut an mereka makin menjadi jadi. Aku memutuskan untuk antrian ke toilet. Saat sadar ternyata antriannya sudah begitu panjang. Dan benar saja, aku harus antri hampir 1 jam untuk bisa ke toilet dan mengambil air wudu.



Setelah selesai sholat subuh, aku dan rizki melanjutkan perjalanan ke atas bukit. Baru sampai dibawah tangga antrian sudah begitu menggila. Tak jarang juga orang memaksakan diri untuk menaiki dari tanah pinggi yang sengaja di bentuk untuk jalan, sangat berbahaya sekali.

Setelah cukup lama berdesak-desakan, akhirnya kami tiba di puncak. Sudah ramai sekali disini, entah jam berapa mereka antri kesana. Di atas sini kita disajikan pemandangan samudera lautan yang begitu luas dan indah. Desa Citorek yang kemarin sore kelihatan, sekarang tertutup sama sekali dengan lautan awan.


Akhirnya kami bisa menikmati pemandangan lautan awan yang terkenal di Citorek, semoga kedepannya saat kami kembali lagi kesini sudah banyak perbaikan disana sini, terutama dari sisi jalannya.

Yuk kita keliling Indonesia





0 Comments