Soul GT



Hari itu Minggu, aku baru saja membeli motor seken yang aku beli dari uang yang aku kumpulkan dari gaji setelah bekerja di Jakarta selama kurang lebih 5 bulan.
Aku merasa sangat butuh sekali motor karena agak kesulitan untuk transportasi di Jakarta.
Sangking senangnya aku bawa motor itu pulang kampung untuk pertama kalinya.
Ya…aku pulang ke Lampung.
Menempuh jarak kurang lebih 400KM aku mengendarai motorku yang baru itu.
Senang sekali rasanya memang, mengendarai motor dari hasi keringat sendiri.
Entah perasaan apa itu, bisa dibilang sebuah rasa kebanggaan mungkin ya.
Hampir enam bulan kemudian.
Malam itu aku bermain badminton dengan teman kantor.
Aku pulang sekitar jam 9 malam.
Motor aku parkirkan seperti biasa di garasi kost.
Aku kunci seperti biasa.
Malam itu aku rasa agak capek karena bermain cukup ketat dan tenagaku cukup terporsir malam itu.
Tidak lama setelah mandi dan sholat aku memutuskan untuk tidur.
Esok harinya seperti biasa, aku berangkat kerja.
Sontak aku terkejut saat ke garasi tidak ada motorku.
Aku sedikit menenangkan diri dan mencoba menanyakan kepada bapak kost mungkin saja beliau yang mindahkan ditempat lain.
Namun ternyata tidak.
Aku mulai lemas kali itu.
Pikiranku tidak karuan.
Motor yang selama ini aku pakai dari hasil jerih payahku harus digondol maling hari itu.
Saat aku lihat-lihat kembali beberapa motor yang ada ternyata motor yang persis parkir di samping motorku semalam juga sudah dicoba di bobol maling.
Bisa terlihat jelas dari lobang kunci motornya yang sudah penuh dengan goresan kunci T.
Aku masih lemas.
Masih tidak percaya.
Ingin rasanya aku menampar diriku sekuat-kuatnya dan sadar bahwa itu mimpi.
Ahhhhhh…..sakit ternyata.
Ini kenyataan.
Motor Mio Soul GT kesayanganku telah hilang digondol maling.
Aku segera memberi kabar teman kantor bahwa aku tidak bisa masuk karena harus mengurus laporan motor di kantor polisi.
Untuk menenangkan diri, aku segera menelpon orang tua di kampung.
Ibuku kaget, tapi beliau menenangkan.
Aku sadar kenapa ibu bisa setenang ini.
Dulu ya hampir setahun yang lalu, rumahku juga kebobolan oleh maling.
Motor yang baru dari dealer hilang di gondola maling.
Aku mulai tenang karena sudah memberi kabar orang tua di rumah.
Tidak selang beberapa lama teman kantor banyak yang menelponku menanyakan kondisi yang sebenarnya.
Aku menjelaskan dan beberapa juga sudah membantu dengan memberi bantuan dengan teman polisi untuk bisa membantu mencarikan motorku.
Aku pun segera mengurus surat kehilangan di kantor polisi.
Urusan selesai.
Aku pulang ke kost.
Hari itu aku memutuskan untuk tidak bekerja.
Aku stress…down
Aku masih ingin menenangkan diri.
Sesampai di kost, hujan deras turun dengan lebatnya.
Aku kembali tidur, seolah ingin menyambung kelelahanku yang semalam belum tuntas.
Sekitar 1 jam kemudian, ada telpon dari bapakku.
Beliau menanyakan kebenaran berita dari ibuku pagi tadi.
Iya…aku membenarkan.
Beliau menenangkan.
Jangan terlalu dipikirkan, cari lagi.
Imbuh bapakku.
Yang penting kamu semangat kerja, masalah motor nanti pasti kebeli lagi.
Kalau memang butuh nanti bapak kirim uang untuk beli motor baru.
Ingin rasanya aku menangis haru, tapi tidak bisa.
Masih ingat aku yang hanya menelpon orang tua saat sedang butuh saja.
Sering tidak mengangkat telpon mereka.
Sibuk alasanku.
Kejadian ini seolah menamparku dengan keras.
Menjelaskan dengan jelas kepadaku bahwa kasih sayang orang tua memang benar sepanjang jalan.
Aku kembali tenang.
Setelah kejadian itu aku mendapatkan banyak sekali pelajaran.
Salah satunya tentang titipan.
Titipan, ya semua yang ada di dunia hanyalah sebuah titipan.
Harta yang teman teman punya.
Pekerjaan yang teman-teman punya.
Orang tua, anak, adik, kakak, dan semuanya hanyalah titipan.
Lalu salahkan jika yang memberi titipan mau mengambil kembali titipannya?
Yang jelas selalu berikan dan manfaatkan sebaik mungkin saat kita diberi sebuah titipan.

1 Comments